Sunday, June 8, 2014

"Kebahagian"

.........
...................................
................................
..........
...........................
...............
.....................
......................
.................
..........................................
.............................
.......................
....................
......................
...................
........................................
.................................
..................................................
.............................................................
saya tidak tau apa apa tentang topic ini....
sudah saya baca tamat buku itu, sebanyak 512 halaman...

"Perjalanan itu bersifat Pribadi, kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku"

kutipan kalimat di awal buku itu,
ya saya suka itu, setidaknya setelah 3 tahun ini itu yang saya rasakan.
saya suka Bhutan, saya suka India dan saya suka Islandia, dari cerita ketiga Negara itu ada dingin, ketinggian dan spiritual....

saya tetap tidak tau apa kebahagian itu, apakah rendahnya ambisi dan kemampuan menerima adalah kunci kebahagian seperti yang dikatakan orang Bhutan, atau kita bisa bahagia setelah melihat sesorang tidak lebih bahagia dari kita, seperti saat kita melihat orang Maldives, pakah bahagia itu seperti miliuner Qatar di Dubai? atau bahagia itu segalanya teratur dan rapih yang monoton seperti orang swiss, saya tetap tidak tau.

kebahagian tergantung standart yang kita buat sendiri, itu yang terpikir, dan sayangnya standart yang kita buat selalu berubah setelah dipengaruhi lingkungan atau factor luar, (sepertinya saya harus mempelajari tata cara menyikapi lingkungan).

saat kita merasa "bahagia" dengan keadaan kita, orang lain mempunyai ekspectasi lebih dari kondisi kita, anehnya mereka menjadi tidak bahagia saat kita tidak sesuai dengan ekpektasi mereka, saat kita mengetahui hal itu kita menjadi tidak bahagia lagi (diluar tanggung jawab koridor pekerjaan),

sempat terpikir untuk saya tulisakan hal hal yang membuat bahagia, saya yakin bisa.

kau tau, saya bahagia,
saya dilahirkan di keluarga yang santun,

TK dua tahun, saya rasa dua tahun cukup untuk membahagiakan masa kecil saya,

SD, di lokasi perbukitan, tak ada hiruk pikuk kendaraan, dan harus mendaki bukit untuk sekolah, saya senang, selalu rangking 1 kecuali kelas lima cawu II

SMP, di bukit yang lebih tinggi lagi, 3 kali lipat  dari SD, saya pun masih senang, kelas unggulan 3 tahun berturut turut dan 10 besar, saya rasa itu menyenangkan.

SMA, bisa masuk SMA Favorit di kabupaten, masuk kelas unggulan, juga 3 tahun, punya pacar, main, mengenal naik gunung, saya senang.

Kuliah, bukan universitas ideal untuk manusia metropolitan, tapi saya bisa mencicipi hidup metropolis, dan saya tidak cocok, sya punya teman sesuai yang saya harapkan, juga kemudahan dalam mendapat pacar, IPK standart orang teknik dengan tidak mengorbankan nikmatnya masa kuliah, semua saya cicipi kecuali mall, saya mencicipi rokok, minuman keras, mariyuana, menjadi bandel, berantem, bergaul dengan orang baik dan sholeh, semuanya memberi saya pelajaran indah dengan porsinya, yang saya dapat adalah mental tak mengeluh, saya senang.

Bekerja, diberi kemudahan sebelum lulus sudah diterima kerja di perusahaan yang lumayan lah untuk seorang lulusan diploma, dengan gaji 2 kali lipat UMR, saya senang, kecuali lokasi bekerja yang tidak saya harapkan, dan sekarang saya sudah menerima ini, jadi over all, saya bisa dikatakan bahagia, sampai suatu saat ....... ........... ......... ........ ....... ......... ........ ........ ........... , saya merasa tidak bahagia, timbul kegelisahan setiap saya berfikir, apakah ini tergolong cobaan, ujian atau adzab? sekilas tiga hal tadi sama, lalu kemana semua yang selama ini saya yakini.

apakah hal terakhir tadi kunci kebahagiaan itu? lama saya memikirkan itu....., sampai sekarang...

pikiran saya ini seperti tabu.


sincerely,
your man...

No comments:

Post a Comment