Tuesday, February 7, 2012

4-5 pebruari

hari selasa 31 januari ada ada pemberitahuan akan ada wajib gunung angkatan Apis dorsata, entah angkatan keberapa di Ganapala, ini yang saya tunggu tunggu tanggal 4-5 pebruari katanya, sudah tiga tahun saya tidak gugnungan, sibuk mencari uang dan mencari istri, saya jadi lupa bersenang senang, berangkaaaat.

setelah mengajukan cuti tanggal 6, saya pun bersiap-siap, sialnya tanggal 4 saya harus lembur sampai jam 2, minta izin pulang jam 11 tidak di acc, ah lagi2 pabrik rokok berengsek ini menghalangi saya untuk bersenang2, pabrik rokok ini pun punya andil dalam CTA (cerita tuna asmara) saya, membuat saya jadi berantem dengan pacar saya dulu, bagaimana saya bisa berangkat, sedangkan anak2 berangkat jam 3 dari sekolah, baiklah saya akan menyusul, paling magrib anak2 baru sampai di apuy (desa terakhir).


memang manusia hanya bisa merencanakan, setelah pulang kerja saya pun bersiap siap, jam setengah 4 saya baru beres bersiap siap, berangkatlah saya dengan menaiki si jagur, teman saya paling setia, dijalan hujan, sehingga menghambat perjalanan saya, jam 5 saya baru sampai subang, berhenti sebentar untuk shalat ashar, hujan masih menggerogoti jalan, jalan yang pernah saya lalui, jalan yang selalu membuat hati bergetar, jam 7 sya baru sampai di majalengka, saya tidak bisa mampir ke rumah, sudah terlalu malam, saya pun makan dulu nasi kuning di tonjong, sungguh enak, mungkin org lain bengong melihat saya, motor kotor, pakai jas hujan yang penuh lumpur, padahal hari cerah, haha, menyenangkan diperhatikan orang, setelah makan nasi kuning 2 bungkus, saya pun berangkat, tidak lupa membungkus beberapa nasi kuning sebagai bekal, dengan gorengan pastinya, sambel oncom yang akan membuat saya senang. sampai di maja jam set 8, saya mampir dulu ke indomart untuk membeli gas, lilin, roti tawar, mentega, susu dan ceres, entah kenapa, saya ingin buat roti bakar di gunung.

apuy, jam delapan, anak2 sudah tidak ada, si ibu warung bilang, "anu nganggo sal hejo mah tos angkat tadi ba'da ashar", oh tidak, beda 5 jam, mungkin mereka sudah di pos 4 sekarang, ah kumaha ieu? saya titipkan motor di si ibu, shalat dulu ke mesjid, tidak lupa berdoa, biar saya jadi orang sabar dan ikhlas, 8.27 saya pun berangkat, hanya saya, malam dan musik, jalan setapak yang saya lalui sudah berubah, seingat saya jalan ini cukup untuk sebuah mobil, beberapa kali saya berhenti di persimpangan, mengingat ngingat, dan tetap tidak ingat, untungla jalan ini jalan tanah, jadi masih ada jejak kaki, jejak sepatu yang saya hafal betul motifnya, sepatu gajah, warior hitam, sepatu kewajiban sma gajah.... dalam benak saya, apaan ini, jalan sendiri, di kaki gunung, saya teriak pun tk akan ada yang dengar, ah sudahlah, Tuhan bersama orang berani, sebuah jembatan, hahaha, saya jadi ingat, jdi jembatan ini sodara keong Ej terperosok ke dalam kali, sekitar dua meter karena keasikan ngobrol dengan Nunik Em, saya pun senyum seperlunya, tidak berlebihan, karena Tuhan tidak menyukai hal yang berlebihan, jalan setapak pun semakin sempit, ada tulisan yang baru saya lihat, tulisan tentang batas TNGC(taman Nasional Gunung Ciremai) dan beberapa aturan dan larangan dibawahnya, Insay Allah saya akan patuhi, meskipun saya tidak akan masuk neraka kalo saya melanggarnya, perlahan saya mulai ingat dengan jalan ini, jalan penuh kenangan bersama teman2, setelah melewati satu punggungan saya merinding, bukankah setelah ini Batu Gajah, saya pun coba tidak memikirkan hal itu, lewat batu gajah saya tidak berani menyorotkan senter ke kiri, untuk apa, saya terus berjalan meskipun ngos ngosan, setelah beberapa belokan saya sedikit tenang, oh ini, kontur tanah seperti ini sudah familiar, familiar dengan pos 1, gerbang pendakian ciremai 3078 mdpl, ada sebuah gubug disana, saya pun beristirahat, membuka nasi kuning, meneguk air putih dan menselonjorkan diri,ada ragu sebenernya mau lanjutin teh, liat jam 21.27, haduh sejak kapan saya bertindak konyol kaya gini, iyah sejak itu, sejak lebaran kemaren, tas eiger hitam adik saya pun dibuka, ada 4 bungkus nasi kuning, 5 goreng kentang, dan 2 bala2, saya makan 1 bungkus nasi kuning yang hanya 3 huap, ditambah 2 goreng kentang untuk mengganjal perut, satu batang u-mild pun saya gigit, dengan bibir tapi, saya ambil korek merk tokai, saya putar bagian yang bergerigi untuk menghasilkan percikan, agar gas yang ada di dalamnya bisa menyala, sedotan pertama yang begitu nikmat, sudah lama saya tidak seperti ini, saya kembali merenung, teringat sang dia, oh sang dia, sangat kuat di hati dan otak ini, dengan apa atuh, saya lihat lagi cincin di telunjuk kiri saya, semoga bahagia,,,, saya hanya bisa berusaha sabar, sambil mencoba untuk tidak melamun, kaos kaki ini basah, terkena ilalang basah yang tadi saya lewati, kaos kaki saya ganti, sudah ketiga kalinya saya ganti kaos kaki, masih ada satu kaos kaki terakhir buat nanti malam tidur, sya merebah sebentar, terpikir untuk bermalam disini saja, tapi ah, puncak akan semakin berat kalo saya tidur sekarang, saya keluarkan susu bendera dari botol, saya teguk sedikit, lumayan untuk membuat lidah ini menjadi lebih bersahabat denga asap u-mild, kembali teringat sang dia, manis, seperti dara de virgin, hahahaha, saya rasa istirahat cukup, senter saya ganti, saya pakai headlamp sekarang, biar tidak repot, windstoper merk consina saya pakai, satu botol air mineral saya tinggalkan di pojok gubuk, untuk persediaan nanti pulang, sarung tangan saya pakai, lalu berdoa, saya pun melangkah, mp3 player saya keluarkan, all american reject-move along, play..
Go ahead as you waste your days with thinking
When you fall everyone stands
Another day and you've had your fill of sinking
With the life held in your
Hands are shaking cold
These hands are meant to hold

Speak to me, when all you got to keep is strong
Move along, move along like I know you do
And even when your hope is gone
Move along, move along just to make it through.
jalan setapak masih terlihat basah, jalan sudah lebih menanjak, kadang2 ada akar pohon yang menghalangi jalan, sesekali saya ingat Tuhan, begitu kecil saya di tengah hutan seperti ini, begitu pun lagi2 ingat sang dia, cahaya dari tiga buah LED ini masih segar, karena batreinya baru saya ganti, dari office, dari lemari no 9 yang bertuliskan stationery, sesekali kenangan di jalan ini lewat ke otak, kenangan bersama teman2 seperjuangan dulu, yang punya prinsip sama bahwa naik gunung untuk menikmati keindahan alamnya, bukan untuk merusak, kali ini sedikit berbeda, saya sendiri, ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dalam keheningan hutan, lagi lagi sang dia ikut andil, sesekali saya berhenti melangkah untuk mengatur nafas, rokok membuat nafas saya semakin pendek, jeglah demi jeglah yang saya lalui tetap sama, kiri kanan pohon berlumut, yang masih meneteskan air hujan sore tadi, akar nafas bergelimpangan, ciri khas hutan hujan tropis, saya bisa mendengar desiran angin menabrak dedaunan ketika playlist berganti, setelah itu saya hanya mendengar seseorang berteriak diiringi hentakan drum dan ritme gitar, saya melihat tanah lapang, saya hafal tempat ini, saya lihat pohon besar, diatasnya ada papan bertuliskan POS II Simpang Lima (1654 mdpl), owh break indah, saya lepaskan ransel, saya duduk ngahunjar menghadap pohon besar itu, kenangan mendaki yang sebelumnya pun lewat lagi, ketika saya masih culun, dengan carier yang mungplu, membawa tongkat dan kepalanya dibungkus syal ijo muda, darah saya masih hejo kawan, air mineral merk alfamart saya keluarkan, saya teguk secukupnya, hanya satu botol 300 ml ini yang tersisa, berharap secepatnya bisa bertemu anak2 untuk mengisi ulang air, Marlboro merah saya keluarkan, saya sulut ujungnya, saya hisap, oh marlboro di ciremai, ueeeenak, saya ingin menulis saat itu, saya keluarkan balpoint merk LUNTO PRIMA MEGAH, saya lupa bawa buku, sya tulis saja di belakang bungkus baterai energizer, "POS II, 10.33, nafas ini payah, ebiet-untuk kita renungkan, hanya jangkrik, kodok dan musik, rindu awun", saya ngagoler sambil merokok, headset saya buka, windstoper saya buka, terasa dingin masuk ke sela2 rambut yang panjangnya sedang nanggung, sedikit kumis yang terlihat jorang, sang dia datang lagi dengan senyum manisnya, mengedipkan mata, oh bulu matanya lentik, saya jadi ingat Tuhan, maafkan saya Tuhan, saya terlalu jauh, saya terlalu jarambah.

Hahaha, ini pendakian tergila selama saya ke ciremai, yang saya takutkan tidak bisa mengontrol pikiran, setelah cukup beristirahat saya lanjutkan perjalanan, penrjalanan menuju pos 3 didominasi dengan jalan tanah yang berakar, tidak jarang saya harus berhenti sebentar untuk melihat dulu jalan yang akan saya lalui, ada sedikit bonus track di antara pos 2 ke pos 3, ada jalan setapak yang memotong jalur air saat hujan, tracknya datar dan disini untuk pertama kalinya saya melihat binatang memamah biak di ciremai, sya rasa itu adalah anak babi hutan yang sedang mencari makan, anehnya warnanya dari leher sampai telinganya berwarna putih, atau itu hanya penglihatan saya saja, sialnya babi itu ada di tengah tengah track, membuat saya berhenti sebentar untuk memikirkan apa yang harus saya lakukan, anak babi itu selalu mengikuti arah headlamp saya dan terus mendekati saya, satu yang saya pikirkan ada anak babi pasti ada ibu babi, juga mungkin ada bapak nya dan juga pamanya, bagaimana kalau ada geng nya, saat anak babi itu keluar dari track, saya langsung jalan cepat, saya takut gerombolannya datang, track kembali menanjak, sesekali saya berhenti untuk mengambil nafas, mungkin sekitar 45 menit saya berjalan kemudian melihat samar samar cahaya, dan itu berasal dari tenda yang setelah sampai disana saya sudah sampai di pos 3, Tegal Masawa2156 mdpl, saya dekati tenda itu, sepertinya sudah pada tidur, saya coba tanya apakah itu dari rombongan teman saya, tidak ada jawaban, saya yakin kalo salah satu dari mereka bangun dan berbisik sama temanya, tapi tetap tidak menjawab, entahlah mungkin mereka merasa aneh, malam malam ada yang bertanya dari luar tenda, dan kau tau, itu ditengah hutan ciremai, hahahaha, saya kembali beristirahat, saya buka ponco dan menggelarnya di tanah, nasi kuning saya keluarkan satu dan teh manis yang saya bawa dari bawah, itu sanagt nikmat, dan tentu saja setelah makan saya keluarkan umild saya, rasanya sangat nikmat, saya tidur sebentar disini, lebih merasa aman, setidaknya disamping saya ada dua tenda yang saya yakin itu adalah makhluk kasar.

sekitar setengah jam saya tidur saya lanjutkan perjalanan, tidak ada yang aneh dari pos 3 ke pos 4, pohonya sama berlumut, terutama di bagian yang tidak terkena cahaya matahari, waktu tempuh dari pos 3 ke pos 4 sekitar 40 menit, haha tentu saja itu karena naik sendiri, semacam kebut gunung lah, di pos 4 (Tegal Jamuju, 2321 mdpl) saya beristirahat sebentar, semakin lama saya semakin mendengar beberapa orang yang mengobrol, dan memang tidak jauh dari pos 4 saya bertemu dengan teman teman saya, akhirnya perjalanan saya tidak freesolo lagi, hahaha, saya bertemu si colok, si bayong si salsa dan beberapa orang lagi yang saya lupa lupa ingat, maklum lah mungkin saya dengan mereka beda 4-5 tahun, hahahaha...., terlihat beberapa orang sudah bergelimpangan, sebagian menyalakan api unggun, anehnya tak ada stupun yang sedang memasak, ternyata mereka tidak membawa alat masak, di tempat ini saya keluarkan alat masak dan merebus beberapa mie, saya yakin rombongan ini akan melanjutkan perjalanan sekitar jam 3 pagi, lumayan ada 3 jam lagi untuk mengistirahatkan mata, saya pun tidur, beralaskan ponco, ganti kauskaki, membungkus kaki dengan plastik, maklum saya tidak membawa sleepingbag, tas nya kecil.

jam 3 lebih sya dibangunin untuk melanjutkan perjalanan, kali ini kecepatan perjalanan jauh lebih lambat, ya maklum lah ada si salsa adiknya si fani anak pak herul, guru ekonomi saya waktu sma, jam setengah 5 kami sampai di pos 5 (Sanghiang Rangkah, 2561 mdpl), disana saya bertemu dengan setengah dari kelompok kami, ternyata mereka ngecamp di pos 5, saya gak ngerti, gak bawa tenda berani beraninya mereka ngecamp di pos 5, vegetasi tumbuhan di pos 5 ini didominasi oleh pohon yang pendek, pos 5 adalah batas peristiwa kebakaran di ciremai tahun 2000 an, jadi tiupan angin sangat terasa disana, setelah menunggu kelompok itu bersiap siap, kami melanjutkan perjalanan, tumbuhan setelah pos 5 didominasi oleh petay cina dan edelweis, kita bejalan di punggungan, setelah berjalan sekitar 1 jam, ada pertemuan antara jalur apuy dan jalur palutungan dari kuningan, dan setengah jam berikutnya sampai di pos 6, atau biasa disebut juga gua walet, di gua walet ini biasanya juga dipakai untuk tempat ngecamp, karena di tempat ini adalah satu satunya tempat yang terlindungi dari tiupan angin, tapi untuk ngecamp di sini dibutuhkan mental yang besar, tapi aman kok, saya penah sekali ngecamp disini. dari gua walet perjalanan hanya tinggal setengah jam perjalanan normal, track nya adalah batuan dan tanah yang semi batu atau apalah namanya, track ini juga sebagai jalur air saat hujan, jadi kadang tracknya tidak teratur, kemiringan sekitar 45 derajat sampai 55 derajat, kita harus pandai pandai memilih jalurnya, dikanan kiri banyak tumbuh pohon edelweis yang dikenal dengan bunga abadi, tapi sayang di bulan februari bukan waktu yang tepat untuk menikmati keindahan bunga edelweis, biasanya bunga tumbuh di bulan juni sampai desember, populasi bunga edelweis di jalur apuy dan palutungan sangat menghawatirkan, ulah dari para pendaki yang tidak bertanggung jawab, biasanya di bulan bulan agustus sampai desember selalu dilakukan razia edelweis, biasanya pecinta alam yang ada di majalengka bekerja sama dengan perhutani setempat, dan tidak tanggung tanggung, saya pernah menemukan pendaki yang mengambil edelweis penuh dalam satu carier 60 liter, syang sekali kalau bunga yang hanya bisa tumbuh di ketinggian 2000 mdpl keatas ini selalu dipetik.


No comments:

Post a Comment