Monday, March 5, 2012

warung bandrek

inilah gowes pertama saya di bandung, berangkat dari karawang sabtu, sekitar pukul 2 siang, dari rumah saya gowes, sekitar 25 menit saya sudah sampai di pertigaan tanjungpura, yaitu jalur lingkar luar karawang untuk kendaraan besar dan bis, sampai disana sepeda saya preteli, cukup berbekal pisau multiguna dan kunci L 3, 4 dan 5 sepeda sudah menjadi lebih kecil dan saya rasa bisa masuk ke bis, bis primajasa trayek cikarang-bandung akan mengantar saya ke bandung, saya pilih bis AC, selain karena lebih kosong, saya membutuhkan kenyamanan setelah gowes siang2 di karawang tadi, anda tau lah suasana siang hari di karawang, pukul 5.15 saya sudah sampai di terminal leuwi panjang (terminal bis kenangan,haha), sepeda langsung saya rakit lagi, tidak butuh waktu lama, 15 menit sekaligus setting, saya pasang lampu led agar tidak ditabrak saat night riding, saya lupa bawa sarung, setelah mencari
kesana kemari akhirnya saya temukan pedagang celana batik di daerah dalem kaum, sengaja tidak saya tawar lebih rendah, karena saya yakin, dengan uang 25.000 saya tidak akan bisa bikin celana seperti itu, saya pun meluncur ke masjid di jalan wastu kencana/aceh untuk sembahyang, masjid favorit saya setelah masjid salman di jln ganesha, sekalian shalat isya.

setelah shalat isya saya sempatkan meluncur ke basecamp sebuah gangster di bandung, SBR namanya, kependekan dari SABAR, di gelap nyawang, daerah belakang masjid salman, tidak ada satu orang pun yang saya kenal dari gang itu, saya cuma tau si yodi yang sebelumnya saya pesani kaos, setelaah ngobrol saalit kita pun bubar, mau ketemu surayah katanya, imam besar thepanasdalam yang tidak bertanggungjawab, di daerah metro-soeta, saya pamit tidak ikut, pengen sih ikut, tapi yakin da besok gak bakal bisa goes, saya pun pergi menuju kontrakan teman saya di ciwaruga, setelah menghisap sebotol kopi dan meneguk beberapa batang rokok di dago. capee...

06.30 saya sudah bangun dan sudah mandi, juga sudah shalat subuh, edaaan tiris bandung, setelah siap siap saya pun pergi dengan si opik, teman saya, yang punya motor mio biru, yang sering saya pinjem waktu kuliah, waktu saya belum ada si jagur, motor yang saya pinjem buat nganterin nesya amalia saraswati ke daerah bumi asri, kasian dia kemaleman di ciwaruga, kau tau lah ciwaruga.... oh si teman saya opik mau pergi lari katanya, di sabuga, gaya euy dia mah orang bandung sekarang mah, mau lari aja mesti bayar, saya berpisah dengan dia di setiabudi, saya mau merampok atm, yang saya paksa mesin itu mengeluarkan uang sesuai keinginan saya, yang setelahnya pasti saya ngahelas, alah saeutik deui.... 

Jagur Jr. terusmeluncur diantara mobil2 mewah di bandung, diantara angkot2 hijau yang berhenti seenaknya, di daerah cihampelas, ketika saya hampir dipepet masuk ke ciwalk, sampai di simpang dago, banyak para penunggang kuda aluminium disana, berjalan beriringan, saya senang sekali, akan sangat menyenangkan jika di bandung jika tidak ada mobil, para pesepeda (goweser) seperti hendak melakukan ibadah haji, berduyun2 menggowes sepedanya menuju bandung bagian atas, sepanjang jalan dago yang saya lihat menyenangkan saat itu, kenapa gak dari dulu saya suka sepeda, perut sudah mulai keroncongan, saya berhenti sebentar di tukang bubur untuk mengganjal perut, bubur sayur namanya...

setelah perut agak enakan saya lanjutkan gowes, paha sudah mulai panas, nafas sudah mulai ngos-ngosan, tanjakan dago sudah saya lahap, belok kiri ke arah dago packar, goweser masih banyak terlihat, sesekali saling menyapa, disinilah saya suka goweser, meskipun tidak saling kenal pasti disempatkan setidaknya tersenyum, saya lewat parkiran dago packar, sejuknya udara bandung di pagi hari membuat saya terus bersemangat, tanjakan yang semakin kesini makin kurang ajar, banyak goweser yang saya jumpai sedang beristirahat dan ada juga yang mendorong sepedanya, yang saya ketahui mereka adalah dari tim MATADOR (manggih tanjakan dorong) dengan semangat luar biasa saya terus jejek pedal ini, tanjakan memutar yang tiba2, iyah ciri khas jalanan bandung, semakin banyak saja anggota tim matador yang saya lihat, akhirnya saya menemui bonus track, jalan menurun yang menyegarkan, hahahahaha, ternyata ini hanyalah awal dari penderitaan, saya lihat tanjakan panjang yang membuat nyali saya ciut, ini tidak mungkin, tapi tetap harus digowes itulah tekad saya, saya atur nafas untuk menaklukan tanjakan ini, shifter sudah mulai saya mainkan, satu persatu rantai pindah ke sprocket lebih besar, paha semakin panas, gila aja, pa ini yang dinamakan Tanjakan putus asa, 
hahaha, saya berhasil menaklukan tanjakan ini, meski dengan mengeluarka tenaga yang tersisa dengan senyum bangga, dengan gigi paling ringan saya pun terus menggowes, lewat sebuah tikungan jalan kembali menanjak, tapi pendek, meskipun paha sudah mau meledak saya terus gowes, habis jalan menanjak ada tikungan, alangkah terkejutnya saya, kalo kata mang darman mah ngahelas, inilah tanjakan putus asa sebenarnya, tanjakan tadi bukan apa2, bukan, dalam hati ini bukan tanjakan putus asa, tapi ini tanjakan HARJA, yaitu tanjakan HARAM JADAH, baru beberapa kali gowesan, ban depan sudah terangkat sedikit sedikit, saya ganti menggowes dengan teknik berdiri, iya jadi lebih ringan, tapi itu membuat tenaga saya terkuras tiga kali lipat, akhirnya di jalan berlubang saya menyerah, sayapun akhirnya mendeklarasikan diri masuk ke dalam tim, tim MATDOR, akhirnya TTB, rombongan goweser di depan pun tersenyum dengan senyum kemenangan, melihat saya menunduk lemas, saya ras ini tanjakan UNGOWESABLE.

tanjakan, dengkul dan nafas, itu masalah, sampai puncak tanjakan lagsung terlihat warban yang melegenda, ini dia tempat paporit gowes rider di bandung, tempat yang sejuk di atas dago, tak ada kendaraan bermotor hanya sepeda yang bergelantungan, saya sampai tidak kebagian tempat, jagur Jr juga kehabisan tempat, menu utama sesuai namanya, bandrek susu, banyak pisang bergelantungan, iyah para pesepeda suka pisang, tidak hanya perempuan, dan yang paling mantap itu bala2 yang masih hangat dan seupan cau, seupan cau bagja, sudah lama sekali saya tidak makan seupan rebus, terakhir waktu buka bersama di masjid samping rumah, hahahaha, rokok pun terasa nikmat, padahal saya sudah brjanji untuk berhenti merokok, iyah saya berhenti meroko tiap bersepeda, tiap berhenti saya meroko, hahahaha, janji yang sulit ditepati, tapi bisa kayanya.


dua batang rokok, satu gelas bandrek susu, dua buah goreng bala bala, dua seupan cau, empat pisang ambon saya lahap, cukup kenyang pemirsa, saya mengobrol dengan pesepeda lain yang solo riding, dia banyak bercerita tentang jalur2 pulang dari sini, saya sangat ingin, ada banyak jalur yang mengasyikan, ada hutan  firdaus, ada jalur tamiya, ada maribaya-lembang, ada oray tapa, palintang, sya ingin melewatinya semua, cuman sayang, saya hanya satu yang bisa saya lewati, "bandung memang indah, bandung bukan hanya masalah geografis, tapi juga masalah perasaan, dan saya benci bandung yang semakin jakardah, gara2 tol cipularang, bandung yang semakin panas gara2 udara jakardah dibawa oleh mobil plat B yang lewat cipularang ke bandung, knapa gak jakarta aja yang jadi sejuk dan dingin, tentu saja gak bisa, karena jakardah itu ibu kota, dan anak kota harus nurut ke ibunya.

jalur maribaya lembang, itu yang saya tempuh, biar pas pulang jalananya mudun, biar gak cape, kalo saya langsung mudun dari sini, tentunya saya akan pulang ke ciwaruga lewat siliwangi, dan akhirnya nanjak di setiabudi, saya bertemu dengan dua orang tegal lega, adit sama adam namanya, mereka satu jalur, akhirnya gabung karena saya gak tau jalanya, dari warban naik sedikit, masuk ke sebuah perkampungan namanya sekelojang, jalanya sempit, cuma jalan yang di semen, akhir dari prkampungan adalah hutan pinus, subhanallah turunanya, UNGOWESABLE, saya ragu raja downhill Risa Soesanti bisa melewatinya, akhirnya TTB lagi (tun tun bike)


hhh
jhjj





No comments:

Post a Comment