inilah
gowes pertama saya di bandung, berangkat dari karawang sabtu, sekitar
pukul 2 siang, dari rumah saya gowes, sekitar 25 menit saya sudah
sampai di pertigaan tanjungpura, yaitu jalur lingkar luar karawang
untuk kendaraan besar dan bis, sampai disana sepeda saya preteli, cukup
berbekal pisau multiguna dan kunci L 3, 4 dan 5 sepeda sudah menjadi
lebih kecil dan saya rasa bisa masuk ke bis, bis primajasa trayek
cikarang-bandung akan mengantar saya ke bandung, saya pilih bis AC,
selain karena lebih kosong, saya membutuhkan kenyamanan setelah gowes
siang2 di karawang tadi, anda tau lah suasana siang hari di karawang,
pukul 5.15 saya sudah sampai di terminal leuwi panjang (terminal bis
kenangan,haha), sepeda langsung saya rakit lagi, tidak butuh waktu
lama, 15 menit sekaligus setting, saya pasang lampu led agar tidak
ditabrak saat night riding, saya lupa bawa sarung, setelah
mencari
kesana kemari akhirnya saya temukan pedagang celana batik di
daerah dalem kaum, sengaja tidak saya tawar lebih rendah, karena saya
yakin, dengan uang 25.000 saya tidak akan bisa bikin celana seperti
itu, saya pun meluncur ke masjid di jalan wastu kencana/aceh untuk
sembahyang, masjid favorit saya setelah masjid salman di jln ganesha,
sekalian shalat isya.
setelah
shalat isya saya sempatkan meluncur ke basecamp sebuah gangster di
bandung, SBR namanya, kependekan dari SABAR, di gelap nyawang, daerah
belakang masjid salman, tidak ada satu orang pun yang saya kenal dari
gang itu, saya cuma tau si yodi yang sebelumnya saya pesani kaos,
setelaah ngobrol saalit kita pun bubar, mau ketemu surayah katanya,
imam besar thepanasdalam yang tidak bertanggungjawab, di daerah
metro-soeta, saya pamit tidak ikut, pengen sih ikut, tapi yakin da
besok gak bakal bisa goes, saya pun pergi menuju kontrakan teman saya
di ciwaruga, setelah menghisap sebotol kopi dan meneguk beberapa batang
rokok di dago. capee...
06.30
saya sudah bangun dan sudah mandi, juga sudah shalat subuh, edaaan
tiris bandung, setelah siap siap saya pun pergi dengan si opik, teman
saya, yang punya motor mio biru, yang sering saya pinjem waktu kuliah,
waktu saya belum ada si jagur, motor yang saya pinjem buat nganterin
nesya amalia saraswati ke daerah bumi asri, kasian dia kemaleman di
ciwaruga, kau tau lah ciwaruga.... oh si teman saya opik mau pergi lari
katanya, di sabuga, gaya euy dia mah orang bandung sekarang mah, mau
lari aja mesti bayar, saya berpisah dengan dia di setiabudi, saya mau
merampok atm, yang saya paksa mesin itu mengeluarkan uang sesuai
keinginan saya, yang setelahnya pasti saya ngahelas, alah saeutik
deui....
Jagur
Jr. terusmeluncur diantara mobil2 mewah di bandung, diantara angkot2
hijau yang berhenti seenaknya, di daerah cihampelas, ketika saya hampir
dipepet masuk ke ciwalk, sampai di simpang dago, banyak para penunggang
kuda aluminium disana, berjalan beriringan, saya senang sekali, akan
sangat menyenangkan jika di bandung jika tidak ada mobil, para pesepeda
(goweser) seperti hendak melakukan ibadah haji, berduyun2 menggowes
sepedanya menuju bandung bagian atas, sepanjang jalan dago yang saya
lihat menyenangkan saat itu, kenapa gak dari dulu saya suka sepeda,
perut sudah mulai keroncongan, saya berhenti sebentar di tukang bubur
untuk mengganjal perut, bubur sayur namanya...
setelah
perut agak enakan saya lanjutkan gowes, paha sudah mulai panas, nafas
sudah mulai ngos-ngosan, tanjakan dago sudah saya lahap, belok kiri ke
arah dago packar, goweser masih banyak terlihat, sesekali saling
menyapa, disinilah saya suka goweser, meskipun tidak saling kenal pasti
disempatkan setidaknya tersenyum, saya lewat parkiran dago packar,
sejuknya udara bandung di pagi hari membuat saya terus bersemangat,
tanjakan yang semakin kesini makin kurang ajar, banyak goweser yang
saya jumpai sedang beristirahat dan ada juga yang mendorong sepedanya,
yang saya ketahui mereka adalah dari tim MATADOR (manggih tanjakan
dorong) dengan semangat luar biasa saya terus jejek pedal ini, tanjakan
memutar yang tiba2, iyah ciri khas jalanan bandung, semakin banyak saja
anggota tim matador yang saya lihat, akhirnya saya menemui bonus track,
jalan menurun yang menyegarkan, hahahahaha, ternyata ini hanyalah awal
dari penderitaan, saya lihat tanjakan panjang yang membuat nyali saya
ciut, ini tidak mungkin, tapi tetap harus digowes itulah tekad saya,
saya atur nafas untuk menaklukan tanjakan ini, shifter sudah mulai saya
mainkan, satu persatu rantai pindah ke sprocket lebih besar, paha
semakin panas, gila aja, pa ini yang dinamakan Tanjakan putus asa,
hahaha,
saya berhasil menaklukan tanjakan ini, meski dengan mengeluarka tenaga
yang tersisa dengan senyum bangga, dengan gigi paling ringan saya pun
terus menggowes, lewat sebuah tikungan jalan kembali menanjak, tapi
pendek, meskipun paha sudah mau meledak saya terus gowes, habis jalan
menanjak ada tikungan, alangkah terkejutnya saya, kalo kata mang darman
mah ngahelas, inilah tanjakan putus asa sebenarnya, tanjakan tadi bukan
apa2, bukan, dalam hati ini bukan tanjakan putus asa, tapi ini tanjakan
HARJA, yaitu tanjakan HARAM JADAH, baru beberapa kali gowesan, ban
depan sudah terangkat sedikit sedikit, saya ganti menggowes dengan
teknik berdiri, iya jadi lebih ringan, tapi itu membuat tenaga saya
terkuras tiga kali lipat, akhirnya di jalan berlubang saya menyerah,
sayapun akhirnya mendeklarasikan diri masuk ke dalam tim, tim MATDOR,
akhirnya TTB, rombongan goweser di depan pun tersenyum dengan senyum
kemenangan, melihat saya menunduk lemas, saya ras ini tanjakan
UNGOWESABLE.
tanjakan,
dengkul dan nafas, itu masalah, sampai puncak tanjakan lagsung terlihat
warban yang melegenda, ini dia tempat paporit gowes rider di bandung,
tempat yang sejuk di atas dago, tak ada kendaraan bermotor hanya sepeda
yang bergelantungan, saya sampai tidak kebagian tempat, jagur Jr juga
kehabisan tempat, menu utama sesuai namanya, bandrek susu, banyak
pisang bergelantungan, iyah para pesepeda suka pisang, tidak hanya
perempuan, dan yang paling mantap itu bala2 yang masih hangat dan
seupan cau, seupan cau bagja, sudah lama sekali saya tidak makan seupan
rebus, terakhir waktu buka bersama di masjid samping rumah, hahahaha,
rokok pun terasa nikmat, padahal saya sudah brjanji untuk berhenti
merokok, iyah saya berhenti meroko tiap bersepeda, tiap berhenti saya
meroko, hahahaha, janji yang sulit ditepati, tapi bisa kayanya.
dua
batang rokok, satu gelas bandrek susu, dua buah goreng bala bala, dua
seupan cau, empat pisang ambon saya lahap, cukup kenyang pemirsa, saya
mengobrol dengan pesepeda lain yang solo riding, dia banyak bercerita
tentang jalur2 pulang dari sini, saya sangat ingin, ada banyak jalur
yang mengasyikan, ada hutan firdaus, ada jalur tamiya, ada
maribaya-lembang, ada oray tapa, palintang, sya ingin melewatinya
semua, cuman sayang, saya hanya satu yang bisa saya lewati, "bandung
memang indah, bandung bukan hanya masalah geografis, tapi juga masalah
perasaan, dan saya benci bandung yang semakin jakardah, gara2 tol
cipularang, bandung yang semakin panas gara2 udara jakardah dibawa oleh
mobil plat B yang lewat cipularang ke bandung, knapa gak jakarta aja
yang jadi sejuk dan dingin, tentu saja gak bisa, karena jakardah itu
ibu kota, dan anak kota harus nurut ke ibunya.
jalur
maribaya lembang, itu yang saya tempuh, biar pas pulang jalananya
mudun, biar gak cape, kalo saya langsung mudun dari sini, tentunya saya
akan pulang ke ciwaruga lewat siliwangi, dan akhirnya nanjak di
setiabudi, saya bertemu dengan dua orang tegal lega, adit sama adam
namanya, mereka satu jalur, akhirnya gabung karena saya gak tau
jalanya, dari warban naik sedikit, masuk ke sebuah perkampungan namanya
sekelojang, jalanya sempit, cuma jalan yang di semen, akhir dari
prkampungan adalah hutan pinus, subhanallah turunanya, UNGOWESABLE,
saya ragu raja downhill Risa Soesanti bisa melewatinya, akhirnya TTB
lagi (tun tun bike)
hhh
jhjj
No comments:
Post a Comment