dakwatuna.com - Pepatah Arab mengatakan :
Raih mimpimu, jalani yang tak Anda
ingini, Anda tak akan meraih yang Anda inginkan hingga Anda siap
menjalani hal-hal yang tidak Anda inginkan.
Terdengar aneh mungkin. Siapa pun
rasanya tidak ingin menjalani sesuatu yang tidak di sukai. Seseorang
yang tak suka makanan pedas, akan marah atau menolak jika di berikan
makanan pedas. Orang yang terbiasa dengan kipas atau AC akan merasa
ketidaknyamanan manakala harus berada di ruang yang panas. Orang yang
terbiasa dengan kehidupan yang mewah akan merasa terbebani jika suatu
saat harus menghadapi kondisi yang sulit.
Namun pada kenyataannya, kehidupan
bukanlah suatu pertunjukan yang dimana kita berperan sebagai sutradara
dengan berbagai macam adegan yang kita inginkan. Kita hanya berperan
sebagai hamba dari Allah Rabb semesta alam. DIAlah yang mengatur
berbagai macam takdir yang telah di sediakan untuk kita jalani. DIAlah
sutradara dan produser dari sebuah pertunjukan dunia. Sebagai hamba,
seringnya kita hanya menginginkan suatu adegan yang nyaman dan mudah.
Tapi Allah sang sutradara tak inginkan kita lemah hanya dengan suatu
kemudahan dan kenyamanan.
Allah memberi kita airmata. Tentu
sejatinya sebagai manusia kita menolak. Meskipun takdir harus tetap di
jalani. Yakinlah, bahwa di balik skenario yang kadang terkesan “kejam”
ada rahasia indah di balik semua itu. Karena Allah tak pernah
menciptakan suatu kesia-siaan dunia ini melainkan ada hikmah yang
terkandung di dalamnya.
Allah memberi kita kesenangan dan
kebahagiaan. Banyak orang yang menikmatinya bahkan lalai karenanya.
Karena itu, Allah tak ingin hambaNya menjadi terlena dan lupa sehingga
di berikannya suatu kesulitan agar hambaNya menjadi manusia yang
bertaqwa dan tidak ingkar pada nikmat yang Allah berikan.
Seorang murid, ia tak akan pernah
merasakan tingkatan-tingkatan kelas sebelum ia melaksanakan peraturan
dari sekolah yaitu mengikuti ujian. Ujian yang merupakan rangkuman dari
semua mata pelajaran yang telah di sampaikan oleh sang guru. Ujian yang
bukan untuk “menyiksa” seorang murid untuk memberi tekanan untuk
belajar lebih giat tapi melihat seberapa besar kemampuan murid tersebut
menerima hasil pelajaran yang di sampaikan gurunya selama beberapa
bulan sebelumnya. Kemampuan murid satu dengan lainnya akan berbeda,
sehingga nilai yang di hasilkannya pun berbeda. Tapi, ketika murid
tersebut lulus dalam ujian maka otomatis ia akan menaiki jenjang kelas
yang lebih tinggi.
Seorang pendaki gunung, tak akan pernah
menikmati keagungan Allah di puncak gunung sebelum ia rela untuk
melelahkan diri mendaki medan terjal yang membutuhkan waktu tidak
sebentar. Tapi memang segala perjuangan akan menjadi kenikmatan dan
sesuatu yang tak terlupakan ketika sebuah puncak mampu di daki. Dan
dalam sebuah perjalanan tersebut tersimpan banyak hikmah yang
terkandung jika kita mau memikirkannya. Bagaimana kita mengasah empati
kita untuk menghormati kawan yang tidak memiliki fisik kuat, sehingga
mau tak mau kita harus ikhlas dan rela untuk tidak meninggalkannya
sendiri. Mampu melatih diri dalam keterbatasan kehidupan di alam bebas.
Mampu berbagi dengan sesama dalam hal apapun dan lain sebagainya.
Seperti itulah kehidupan. Tak ada
pengakuan iman tanpa ujian. Tak ada kesuksesan tanpa di sertai onak dan
duri yang menjadikan kita strong dan fight terhadap kehidupan.
Kesulitan, ketidaknyamanan, kesedihan,
jatuh. Semua adalah bentuk cinta Allah kepada para hambaNya. Sesuatu
yang sangat tidak kita inginkan tapi sebenarnya kita membutuhkannya.
Bilamana kita mampu meraih mimpi kita, semua jatuh dan bangun yang
telah kita alami akan menjadi suatu warna tersendiri yang tak akan
pernah terlupa dan menjadikan diri kita menjadi pribadi kuat serta
tetap rendah hati.
Ketika saat ini kita berada di titik
terendah, berbahagialah karena sejenak kita akan berjumpa dengan
kesenangan atau mungkin mimpi kita semakin nyata terlihat. Sebaliknya
jika kita sedang berada pada titik kenyamanan, jangan pernah merasa
angkuh dan bersyukurlah serta tetap tawadhu’ sehingga jika
sewaktu-waktu roda kehidupan berputar kita telah siap untuk
menyambutnya dengan senyum.
Semua mimpi manusia pasti akan berakhir
pada kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki. Ketika kita menyandarkan
mimpi kita pada Allah dan siap pada segala ketentuanNya yang merupakan
anak tangga menuju kesuksesan baik itu pahit atau manis, Insya Allah
kita akan siap dan tawakal pada ketetapanNya.
Wallahua’lam
No comments:
Post a Comment